Pada jaman dahulu sekitar abad ke enam
belas tersebutlah pengembala ternak sapi yang merupakan abdi dari
Kerajaan ( Puri ) Tabanan, yang mendapat tugas untuk mengembalakan
ternak sapi dengan jumlah yang cukup banyak untuk digembalakan diwilayah
pegunungan dikaki Gunung Batukaru yang merupakan wilayah kepemilikan
Raja Tabanan saat itu, dengan tujuan untuk dikembangbiakan sambil
menjaga keberadaan tanah milik raja.
Tersebutlah pengembala-pengembala
tersebut dengan tekun memelihara sapi-sapi itu, sehingga berkembang biak
dengan cepat sampai-sampai sapi itu, sampai tak terhitung lagi
jumlahnya karena banyak berkembangbiak, para pengembala ada yang
menggunakan sapinya untuk dilombakan atau dipakai hiburan rakyat dengan
dilengkapi hiasan sejenis kalung yang disebut Gembeng. Pada suatu hari
datanglah utusan dari sang raja yang memerintahkan agar sapi-sapi yang
telah berkembang banyak tersebut agar dijual, dan oleh abdi itupun
perintah sang raja dilaksanakan dengan menjual ternak sapi tersebut.
Pada waktu itu nilai tukar/uang yang digunakan untuk membayar sapi-sapi
itu adalah uang perak yang bahasa daerahnya disebut Selako.
Oleh karena banyaknya sapi yang dijual
maka uang perak/ selako yang didapat oleh pengembala sapi sangat banyak,
sehingga selanjutnya daerah tersebut merupakan penghasil uang
perak/selako.
Lama kelamaan daerah itu berkembang
dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk, yang menempati daerah
pengembalaan tersebut karena tempatnya cukup tinggi dan selalu
menghasilkan selako yang sangat banyak, maka disebutlah daerah tersebut
dengan nama Gunung Selako.
Waktu terus berjalan daerah itu akhirnya
merupakan suatu perkampungan dengan penghasil selako sehingga lambat
laun disebut sebagai Gunung Selako yang akhirnya pengucapannya menjadi
Gunung Salak saat sekarang.
Demikian Sejarah singkat dari Desa Gunung Salak yang diambil dari ceritra rakyat dan informasi dari para pendahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar